Tuesday 29 January 2008

Pandangan semula kepada ' permulaan kepada sebuah bicara': betul ke?


Awal-awal dulu pernah menulis:
Boleh sahaja ia menjadi sebuah bicara angan kosong. bicara orang-orang biasa. atau tidak mahu ia menjadi dan melonggokkan sampah-sampah sedia ada....

sesekali menyentuh pengalaman peribadi, sesekali provokatif, kadang-kadang curahan idea kreatif-fiktif, mungkin juga perbualan-perbualan ringan. paling tepat sedikit berat, padu dan keras..
Cuba menampilkan kelainan dan kesegaran dalam perkongsian idea....
forum lorong tengah....boleh jadi...mendokong idea keterbukaan...asal bersumber..

menyentuh pelbagai bidang, latar belakang, cerita-cerita arus perdana dan arus bawah....
cubalah....

yang jelas, ianya pasti berbeza...


bila tinta menulis, bukan sekadar cerita-cerita arus bawah.

Betulkah sudah sampai?..atau masih mencari?

Read More..

Monday 28 January 2008

Dari seorang teman




(dari seorang teman: adul. http://dellx.livejournal.com)

Read More..

Sunday 27 January 2008

Nota kecil untuk hati: Malam-malam kita



Ku tujukan buat insan yang tersia-sia malamnya...

RASULULLAH S.A.W. pernah bersabda: Jadikanlah qiamullail itu amalan bagimu, kerana yang demikian itu adalah amalan orang-orang yang soleh sebelum kamu, dan ia boleh mendekatkan dirimu dengan Tuhanmu, dan membersihkan dosa-dosamu dan menghindarkan kamudaripadanya. (Riwayat Tirmizi).

Wahai orang-orang yang terpejam matanya,

Izinkan kami, manusia-manusia malam menuliskan sebuah surat cinta kepadamu. Seperti halnya cinta kami pada waktu malam-malam yang kami rajut di sepertiga terakhir. Atau seperti cinta kami pada keagungan dan rahasianya yang penuh pesona. Kami tahu dirimu bersusah payah lepas tengah hari berharap intan dan mutiara dunia. Namun kami tak perlu bersusah payah, sebab malam-malam kami berhiaskan intan dan mutiaradari syurga. Wahai orang-orang yang terlelap. Sungguh nikmat malam-malammu. Gelapnya yang pekat membuat matamu tak mampu melihat tenaga cahaya yang tersembunyi di baliknya. Sunyi senyapnya membuat dirimu hanyut tak menghiraukan seruan cinta. Dinginnya yang merasuk semakin membuat dirimu terlena,menikmati tidurmu di atas pembaringan yang empuk, bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik selimutmu yang demikian hangatnya. Aduhai nikmatnya.

Wahai orang-orang yang terlena,

Ketahuilah, kami tidak seperti dirimu !! Yang setiap malam terpejam matanya, yang terlelap pulas takterkira. Atau yang terlena oleh suasananya yang begitu menggoda. Kami tidak seperti dirimu !! Kami adalahpara perindu kamar di syurga. Tak pernahkah kau dengarSang Insan Kamil, Rasulullah SAW bersabda :"Sesungguhnya di syurga itu ada kamar yang sisiluarnya terlihat dari dalam dan sisi dalamnya terlihat dari luar. Disediakan untuk mereka yang memberi makanorang-orang yang memerlukannya, menyebarkan salamserta mendirikan solat pada saat manusia terlelapdalam tidur malam." Sudahkah kau dengar tadi ? Ya,sebuah kamar yang menakjubkan untuk kami danorang-orang yang mendirikan solat pada saat manusia-manusia yang lain tertutup mata dan hatinya.

Wahai orang-orang yang keluarganya hampa cinta,

Kau pasti pernah mendengar namaku disebut. Aku AbuHurairah, Periwayat Hadist. Kerinduanku akan sepertigamalam adalah hal yang tak terperi. Penghujung malamadalah kenikmatanku terbesar. Tapi tahukah kau ?Kenikmatan itu tidak serta merta kukecap sendiri.Kubagi malam-malamku yang penuh syahdu itu menjadi tiga. Satu untukku, satu untuk istriku tercinta dansatu lagi untuk pelayan yang aku kasihi. Jika salahsatu dari kami selesai mendirikan solat, maka kami bersegera membangunkan yang lain untuk menikmatibagiannya. Subhanallah, tak tergerakkah dirimu ?Pedulikah kau pada keluargamu ? Adakah kebaikan yang kau inginkan dari mereka ? Sekadar untuk membangunkan orang-orang yang paling dekat denganmu, keluargamu ?

Lain lagi dengan aku, Nuruddin Mahmud Zanki. Sejarah mencatatku sebagai Sang Penakluk kesombongan pasukan salib. Suatu kali seorang ulama tersohor Ibnu Katsir mengomentari diriku, katanya, " Nuruddin itu bercinta dengan solat malam, banyak berpuasa dan berjihad denganakidah yang benar." Kemenangan demi kemenangan akuraih bersama pasukanku. Bahkan pasukan musuh ituterlibat dalam sebuah perbincangan seru. Kata mereka," Nuruddin Mahmud Zanki menang bukan karena pasukannyayang banyak. Tetapi lebih karena dia mempunyai rahasiabersama Tuhan". Aku tersenyum, mereka memang benar.Kemenangan yang kuraih adalah karena do'a dansolat-solat malamku yang penuh kekhusyukan.Tahukah kau dengan orang yang selalu setia mendampingiku ? Dialah Istriku tercinta, Khotun binti Atabik. Dia adalah istri solehah di mataku, terlebih di mata ALLAH. Malam-malam kami adalah malam penuh kemesraan dalam bingkai Tuhan. Gemerisik dedaunan dan desahan angin seakan menjadi pernak-pernik kami saat mendung di mata kami jatuh berderai dalam sujud kami yang panjang.Ku ceritakan padamu suatu hari ada kejadian yang membuat belahan jiwaku itu tampak murung. Kutanyakan padanya apa gerangan yang membuatnya resah. Ya ALLAH, ternyata dia tertidur, tidak bangun pada malam itu,sehingga kehilangan kesempatan untuk beribadah. Astaghfirullah, aku menyesal telah membuat dia kecewa. Segera setelah peristiwa itu kubayar saja penyesalankudengan mengangkat seorang pegawai khusus untuknya. Pegawai itu kuperintahkan untuk menabuh gendang agarkami terbangun di sepertiga malamnya.

Wahai orang-orang yang terbuai,

Kau pasti mengenalku dalam kisah pembebasan Al Aqsa,rumah ALLAH yang diberkati. Akulah pengukir tinta emasitu, seorang Panglima Perang, Salahuddin Al-Ayyubi. Orang-orang yang hidup di zamanku mengenalku tak lebihdari seorang Panglima yang selalu menjaga solatberjama'ah. Kesenanganku adalah mendengarkan bacaanAlqur'an yang indah dan syahdu. Malam-malamku adalahsaat yang paling kutunggu. Saat-saat dimana aku bercengkerama dengan Tuhanku. Sedangkan siang hariku adalah perjuangan-perjuangan nyata, pengejawantahan cintaku pada-Nya.Wahai orang-orang yang masih saja terlena, Pernahkah kau mendengar kisah penaklukanKonstantinopel ? Akulah orang dibalik penaklukan itu, Sultan Muhammad Al Fatih. Aku sangat lihai dalam memimpin bala tentaraku. Namun tahukah kau bahwasehari sebelum penaklukan itu, aku telah memerintahkan kepada pasukanku untuk berpuasa pada siang harinya.Dan saat malam tiba, kami laksanakan solat malam danmunajat penuh harap akan pertolongan-Nya. Jika ALLAHmemberikan kematian kepada kami pada siang hari disaatkami berjuang, maka kesyahidan itulah harapan kam iterbesar. Biarlah siang hari kami berada di ujungkematian, namun sebelum itu, di ujung malamnya ALLAHtemukan kami berada dalam kehidupan. Kehidupan denganmenghidupi malam kami.

Wahai orang-orang yang gelap mata dan hatinya,


Pernahkah kau dengar kisah Penduduk Basrah yang kekeringan ? Mereka sangat merindukan air yang keluardari celah-celah awan. Sebab terik matahari terasa sangat menyengat, padang pasir pun semakin kering dan tandus. Suatu hari mereka sepakat untuk mengadakan Solat Istisqo yang langsung dipimpin oleh seorang ulama di masa itu. Ada wajah-wajah besar yang turutserta di sana, Malik bin Dinar, Atho' As-Sulami,Tsabit Al-Bunani. Solat dimulai, dua rakaat pun selesai. Harapan terbesar mereka adalah hujan-hujan yang penuh berkah. Namun waktu terus beranjak siang, matahari kian meninggi, tak ada tanda-tanda hujan akan turun. Mendung tak datang, langit membisu, tetap cerah dan biru. Dalam hati mereka bertanya-tanya, adakah dosa-dosa yang kami lakukan sehingga air hujan itu tertahan di langit ? Padahal kami semua adalah orang-orang terbaik di negeri ini ?Solat demi solat Istisqo didirikan, namun hujan takkunjung datang. Hingga suatu malam, Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani terjaga di sebuah masjid. Saat malam itulah, aku, Maimun, seorang pelayan, berwajah kuyu, berkulit hitam dan berpakaian usang, datang ke masjid itu. Langkahku menuju mihrab, kuniatkan untuk solat Istisqo sendirian, dua orang terpandang itu mengamati gerak gerikku.

Setelah solat, dengan penuh kekhusyu'an kutengadahkan tanganku ke langit, seraya berdo'a :"Tuhanku, betapa banyak hamba-hamba-Mu yangberkali-kali datang kepada-Mu memohon sesuatu yangsebenarnya tidak mengurangi sedikitpun kekuasaan-Mu. Apakah ini karena apa yang ada pada-Mu sudah habis ?Ataukah perbendaharaan kekuasaan-Mu telah hilang ?Tuhanku, aku bersumpah atas nama-Mu dengankecintaan-Mu kepadaku agar Engkau berkenan memberikami hujan secepatnya."
Lalu apa gerangan yang terjadi ? Angin langsung datang bergemuruh dengan cepat, mendung tebal di atas langit. Langit seakan runtuh mendengar do'a seorang pelayan ini. Do'aku dikabulkan oleh Tuhan, hujan turun dengan derasnya, membasahi bumi yang tandus yang sudah lamamerindukannya.Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani pun terheran-heran dan kau pasti juga heran bukan ? Aku, seorang budak miskin harta, yang hitam pekat, mungkin lebih pekat dari malam-malam yang kulalui. Hanya manusia biasa, tapi aku menjadi sangat luar biasa karena doaku yang makbul dan malam-malam yang kupenuhi dengan tangisan dan taqarrub pada-Nya.

Wahai orang-orang yang masih saja terpejam,


Penghujung malam adalah detik-detik termahal bagiku,Imam Nawawi. Suatu hari muridku menanyakan kepadaku,bagaimana aku bisa menciptakan berbagai karya yangbanyak ? Kapan aku beristirahat, bagaimana aku mengatur tidurku ? Lalu kujelaskan padanya, "Jika aku mengantuk, maka aku hentikan solatku dan aku bersandar pada buku-bukuku sejenak. Selang beberapa waktu jika telah segar kembali, aku lanjutkan ibadahku."Aku tahu kau pasti berpikir bahwa hal ini sangat sulit dijangkau oleh akal sehatmu. Tapi lihatlah, aku telah melakukannya, dan sekarang kau bisa menikmati karya-karyaku.


Wahai orang-orang yang tergoda,


Begitu kuatkah syaitan mengikat tengkuk lehermu saat kau tertidur pulas ? Ya, sangat kuat, tiga ikatan ditengkuk lehermu !! Dia lalu menepuk setiap ikatan itu sambil berkata, "Hai manusia, Engkau masih punya malam panjang, karena itu tidurlah !!".Hei, Sadarlah, sadarlah, jangan kau dengarkan dia, itu tipu muslihatnya ! Syaitan itu berbohong kepadamu. Makabangunlah, bangkitlah, kerahkan kekuatanmu untukmenangkal godaannya. Sebutlah nama ALLAH, maka akanlepas ikatan yang pertama. Kemudian, berwudhulah, maka akan lepas ikatan yang kedua. Dan yang terakhir, solatlah, solat seperti kami, maka akan lepaslah semua ikatan-ikatan itu.

Wahai orang-orang yang masih terlelap,


Masihkah kau menikmati malam-malammu dengan kepulasan?
Masihkah ? Adakah tergerak hatimu untuk bangkit, bersegera, mendekat kepada-Nya, bercengkerama dengan-Nya, memohon keampunan-Nya, meski hanya dua rakaat ? Tidakkah kau tahu, bahwa Allah turun kelangit bumi pada 1/3 malam yang pertama telah berlalu. Tidakkah kau tahu, bahwa Dia berkata, "Akulah Raja, Akulah Raja, siapa yang memohon kepada-Ku akan Ku kabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku akan Kuberi, dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku akan Ku ampuni. Dia terus berkata demikian, hingga fajar merekah.

Wahai orang-orang yang terpujuk rayu dunia,



Bagi kami, manusia-manusia malam, dunia ini sungguh tak ada ertinya. Malamlah yang memberi kami kehidupan sesungguhnya. Sebab malam bagi kami adalah malam-malam yang penuh cinta, sarat makna. Masihkah kau terlelap ?Apakah kau menginginkan kehidupan sesungguhnya ? Maka ikutilah jejak kami, manusia-manusia malam. Kelak kau akan temukan cahaya di sana, di waktu sepertiga malam. Namun jika kau masih ingin terlelap, menikmati tidurmu di atas pembaringan yang empuk, bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik selimutmu yang demikian hangatnya, maka surat cinta kami ini sungguh tak berarti apa-apa bagimu. Semoga Allah mempertemukan kita di sana, disyurga-Nya, mendapati dirimu dan diri kami dalam kamar-kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam dan sisi dalamnya terlihat dari luar. Semoga...


Dariku

Manusia Malam.



(disaring bebas dari manusia malam)

Read More..

Friday 25 January 2008

Warna-warna kehidupan 6: Kehijauan alam






Read More..

Usia


Read More..

Saturday 19 January 2008

Membicarakan Ukhuwwah: Mencari winning formula


Ramai yang bertanya, apa dah jadi dengan ukhuwwah kita. Dah tak macam dulu. Dah tak rapat. Kita dah tak ada kebersamaan.


Kalau berbicara tentang ukhuwwah kita lebat. Kita letak standard macam Nabi dengan sahabat. Ukuwwah antara kita dengan kawan-kawan, teman-teman, dan rakan-rakan.


Hakikat ukhuwwah itu adalah give and take. Ada yang memberi dan ada yang menerima. Ia bukan one way punya hubungan. Sebab tu once kita gagal memahami nature dan asal bentuk itu, kita akan bersifat ghulu dalam menuntut ukhuwwah rakan-rakan.


Apa standard yang kita letakkan ?. Kita mengharap orang lain macam kita (macam yang claim tu lah). Bersemangat sentiasa, penuh enthusiasm, bersegera, dan laju, dan cepat berubah kea rah kebaikan. Betul tiada salah dalam membuat begitu. Tapi apakah kita telah berlaku adil terhadap mereka?. Apakah itu jalan yang terbaik?


Tuntutan


Persahabatan dan ukhuwwah bukan untuk dicuba dan diuji oleh kita. Ada tuntutan yang harus kita penuhi. Peraturannya mudah. Sebelum kita minta orang lain memberikan ‘cinta’ mereka, kita seharusnya ‘cinta’ mereka dahulu. Manifestasi cinta?


Kita kenal mereka dahulu. Jangan mudah-mudah cakap kata kita dah kenal seseorang dan still kita tak memenuhi at least kehendak yang telah diletakkan oleh ukhuwwah itu sendiri. Satu cerita, apabila saidini Umar didatangi oleh sesoerang yang menyatakan bahawa dia kenal seseorang yang lain, lalu beliau bertaya kepada lelaki itu” Apakah kamu pernah bermusafir bersamanya?, Apakah kamu pernah bermalam dengannya (tidur) ?, apakah kamu pernah makan bersamanya?. Lalau dijawab tidak. Maka Umar pun berkata: Kamu tidak mengenalnya. Hah. At least tiga tuntutan yang dinyatakan tadi kita dah langsaikan, barulah kita boleh membicarakan soal ukhuwwah denganya. Bukan mudah anda bolej claim anda kenal orang. Sebab keperibadian seseorang itu, belum teruji di saat-saat lain.


Jangan kita bersikap keras dengan sesama manusia. Manusia ni makhluk Allah yang sangat unik. Dia diberi pilihan. Antara membuat kebaikan dan keburukan. Manusia berbeza antara satu sama lain. Physically, dengan tanda-tanda yang berbeza, minat dan kecenerungan, gaya dan pace masing-masing. Tak ada satu standard rule dalam menyusun manusia. Jangkan kata dalam mendisiplinkan manusia, bahkan dalam membuat kebaikan pun, manusia berbeza dan tidak sama. Allah sebut, bahawa ada sebahagian manusia yang zalim terhadap diri sendiri, ada yang sederhana di dalam mengambil Al-Quran dan ada yang bersungguh-sungguh berlumba-lumba mengejar pahala dari allah. So?. Apa sikap kita. Ya sikap kita terhadap kebaikan ialah terus melaju dan pecut. Tapi terhadap yang lain terutamanya rakan-rakan jangan kita bersikap keras dan memaksa.


Allah sebut: “…sekiranya kamu bersikap keras terhadap mereka maka nescaya mereka akan lari dari sekeliling kamu..”Bersikap keras bukan sahaja dilarang terhadap orang yang belum Islam, bahkan yang telah Islam juga sama tuntutannya. Sebab ini hati manusia. Dia lembut dan sukakan kelembutan. Maka santuni hati manusia dengan kelembutan.


Fahami naluri manusiawi. Ada ups and downs. Ketika dia sedang naik syeikh, kita naikkan semangatnya. Dan ketika dia down kita motivate dia. Jangan ‘bunuh’ dia. Tapi itu yang kebanyakkan kita buat. Once kau down, kau kena cepat-cepat tambah amal ibadah, banyakkan qiam dan lain lain, katanya. Betul nothins wrong. Tapi time tu anda buat dia macam tu, lari terus dia. Sebanya bukan statement anda salah, tapi anda salah approach, dek kerana kegagalan memahami tabiat manusia. Let him be himself. Slow-slow.dia ada pace dia.


Persahabatan dan Ukhuwwah bukan untuk anda keji, dan bantai dia sehabisnya. Bukan dia sahaja yang anda perli, kutuk dan hina. Sebab itu bukan nature ukhuwwah. Tambah lagi bila anda memperlekehkan orang, dan anda gembira terhadap perkara itu, dan lantas apabila anda diperli balik, anda naik hangin….Namun itulah hakikat yang berlaku. Ramai di antara kita yang gemar sedemikian. Bila bab mengata kat orang dia sedap menambah perisanya dan membantah K.O ‘sahabat’nya itu, tapi bila dia di perli dalam nada gurau, nak kecil hati dan merajuk. Kita fahami, dalam berkawan dan bersahabat, gurau senda itu yang menambah perisa dan kemanisan. Tapi kalau ini situasinya, anda fikir sendiri. Ada ke orang yang nak kawan dan asyik dia yang kena perli?


Memperbaiki


Ok. Kita boleh plan macam-macam benda untuk nak pertingkatkan hubungan kita dengan rakan-rakan dan sahabat. Dari camping, jumbori, berkelah, makan-makan, dan macam-macam lagi, tapi still ada satu peraturan yang harus difahami.


Allah menyatakan dalam Quran: “dan dia yang menyatukan hati-hati kamu. Sekiranya kamu membelanjakan segala apa yang ada di muka bumi ini, seseungguhnya bukan kamu yang menyatukan mereka, tapi Allahlah yang menyatukan mereka…”.


Oleh itu, slow-slowlah dalam mendekati hati manusia. Kita bukan nak instant change, tetapi malah constant change. Kalau instant anda boleh bersikap keras dan memaksa, boleh jadi dia akan berubah on the spot, tapi tak lama, dia akan kembali kepada asal dan kemudian terus mninggalka anda. Tapi kalau nada make it slow it, tapi smart, maka perubahan constant yang kita inginkan. Constructive, sikit-sikit ia dibina, dan semakin mengukuh. Perubahan yang anda inginkan terhadap rakan-rakan dalam merespon terhadap isu ukhuwwah pasti akan lebih baik.


Fahami juga nature dan tabiat syariah, yang mana Allah nyatakan bahawa ianya bersifat Al-Waqiiyyah, reality (Syed Naquib Al-attas mendefinisikan sebagai hakikat). Yang mana dalam tuntutan Al-Waqieyyah ialah AlYusr, dan Al-Tadarruj. Inilah yang gagal difahami oleh ramai orang, bukan sahaja dalam membicarakan aspek ukhuwwah, bahkan dalam da’wah sekali pun. Kegagalan memahami unsur ini akan menyebabkan the so-called da’ie mengambil pandangan isti’jal (nak cepat-cepat) dan tidak memenuhi hak seseorang untuk slow dan faham secara constructive. Ia akan jadi tuntutan emosi daripada rasional.


Pesanan


Satu je yang saya teringat. Kata orang tua-tua. Manusia tu kan berbeza. Kapasiti dan kualitinya berbeza. Kemaiharannya juga berbeza. Jadi, kalau tak dapat bagi ceramah, dapat pasang khemah pun jadilah. Kalau tak dapat jadi pengerusi, dapat sususn kerusi pun jadilah. Betul tak?

Read More..

Kegagalan: Di mana kayu ukurnya?



“Hidup saya penuh kegagalan. Dari kecik sampai besar ada je masalah dalam buat benda-benda. Asyik-asyik tak kene je. Dah masuk U, keluar balik, masuk yang lain….Tengok orang lain berjaya, kadang-kadang iri hati juga, tapi apa nak buat, saya dan kegagalan dah macam adik-beradik”, kata seorang teman.


Saya terfikir. Oklah kegagalan. Bukan semua orang berjaya dalam kehidupan. Dah tak semua gagal dalam kehidupan. Mungkin itulah warna-warni dalam kehidupan. Ada naik turun. Ada yang penuh gilang gemilang. Ada yang sederhana. Ada yang tak berjaya-jaya juga sampai last. Tapia pa sebenarnya takat ukur kejayaan dan kegagalan.


Apakah dengan tidak masuk U anda gagal. Atau memang dari sekolah rendah anda maintainkah record sebagai no. 1 dari belakang?. Atau apa sebenarnya? Atau berjaya itu adalah dengan sealulu mendapat dean’s list setiap sem, dan dapat straight A’s dalam national exam, dan..dan..dan.


Sebab saya secara peribadi, suka berkawan dengan orang yang hidupnya tak lururs dan mudah. Itu biasa. Saya suka kawan dengan orang yang kaya pengalaman. Hidupnya ada pelbagai warna. Ada naik turun. Ada kene kejar, kena tipu dan kena makinya. Sebab dari sekolah kehidupan dia belajar banyak benda yang kita tak belajar di sekolah teori dan falsafah.


Ye mungkin hidup dia tak secerah pelangi hidup kita yang lain. Kita mudah. Dari sekolah dapat no. 5 ke atas. Masuk menengah straight A’s, masuk U dean’s list, dapat scholar, kerja dapat mudah. 5 digit pay. Naik pangkat. Kawin.Jadi bos. Pencen. Duit masuk. Jaga cucu.Mati. Owh begitu mudahnya. Dan kita claim kita seorang yang berjaya dalam kehidupan.

Tanda aras

Saya selalu teringat, Allah sebut dalam surah al-Ankabut: “Apakah manusia mengira bahawa dibiarkan mengatakan bahawa kami beriman sedangkan mereka tidak diuji..?”Jelas sekali. Takat ukur kejayaan dan kegagalan. So, jangan mudah-mudah claim kata aku dah berjaya, sedangkan hidup anda laluannya sangatlah mudah.

Bayangkan mereka yang the so-called gagal dalam kehidupan. Nabi sendiri lebih dari 70 kali ketuk pintu rumah Abu Jahal sehari, mengajaknya kepada Islam. Apakah itu kegagalan?. Alexamder Graham Bell, selepas kali ke seratus lebih baru berjaya mencipta telefon. Apakah sebelum itu dia gagal.


Kegagalan adalah suatu proses dalam anda nak mencapai kejayaan. Kegagalan juga menambah warna, perisa dan perasa dalam resipi kejayaan anda. Well, tak seronoklah kalau mudah je mendapat kejayaan dan kemenangan, kalau tak da kesusahan dan kegagagalan. Betul tak?


Takat ukur kegagalan, sekali lagi jangan diukur dengan akal fikiran manusia dan pancaindera yang sangat terbatas. Boleh jadi secara lahirnya kita gagal, tapi apa yang akan berlaku selepas tu, kita akan berjaya. Lihat sahaja perjanjian Hudaibiyyah, yangdimeterai antara kaum muslimin dengan penduduk Quraisy Makkah. Literally memang nampak kalah. Yelah semua clause dalam perjanjian tu memihak kepada kuam Quraisy. Tapi itukan pandangan manusia. Apa yang mereka tak nampak ialah the future consequences akibat perjanjian tu. Apakah tewas dalam perjanjian tu jugak dikira kegagalan?


Sebab tu. Tanda ukurnya bukan pada manusia. Tapi pada Allah. Thus, bila Allah kata: Telah berjaya mereka yang menyucikan hatinya dan telah gagallah mereka yang mengotorkan hatinya (surah As-Syams). Siapa yang berjaya dan siapa yang gagal? Anda nampak?





Read More..

Sesekali...


Aku berlari
Kau pun berlari
Sama-sama
Dalam renyai
Rintik-rintik hujan
Petang.
Dingin dan sejuk
Dalam ragu dan gelisah
Berpelukan penuh persoalan.


Kebimbangan kita berbeza
Kau cuba memahami
Aku jelas menafi
Hakikatnya inilah
Warna-warna kehidupan
Kita bicara bahasa sendiri.


Sekali lagi
Inilah warna-warna
Celupan ilahi
Penuh teka-teki
Selalu berbeza.


Jelas. Biarkan.
Tangisan akan tinggal tangisan
Esak tangis lumrah kehidupan
Kehidupan satu kesulitan
Kematian, ujian.


Tiada siapa yang akan peduli
Sesekali simpati hadir
Dari mereka yang cuba memahami.



Mungkin benar.
Mungkin aku tidak memahami
Hakikat diri, ciptaan tuhan
Atau cuba untuk tidak memahami
Tapi biarlah seketika begini
Seadanya.
Pasti hikmah di sebaliknya.





Muhammad Hadi Mahdi Ghazi Al-Muhtadi billah Shah

Read More..

Lumrah Kehidupan: ada ups and downs

Bukan semua yang kita impikan akan kita dapat. Begitulah lumrah kehidupan. Apa yang penting ialah kita sentiasa sedia menerima apa jua ketentuan Allah. Tapi kita akan kena sentiasa positif dengan apa yang berlaku. Pasti ada hikmahnya.

Memang mudah kita untuk plan. Tapi plan kita itu tak semestinya berlaku seperti yang kita rancang. Sebab di sana ada kuasa yang lebih besar yang menetukan banyak lagi benda. Termasuk untuk diri kita. Boleh jadi kita menganggap sesuatu perkara itu adalah yang terbaik untuk kita, tapi bagi Allah, dia lagi tahu. Boleh jadi kita ingat satu benda tu baik, tetapi sebenarnya tidak. Boleh jadi juga kita anggap sesuatu perkara itu buruk dan jelik, tapi ai adalah yang terbaik untuk kita.

Pandangan dan pancaindra kita terbatas. Kita akan terus ingat dan fikir bahawa,” …tak memang betul, kau mana tahu. Kau tu lain. Aku lain. Kau tak faham”, begitu mungkin yang kita akn ungkapkan bila ada yang cuba console kita. Tak pa teruskan demikian. Tapi hakikatnya, kalau orang lain tak faham tentang diri kita tak pa. tapi kita tu macamana? Apakah akan terus down dan kecewa, seolah bila kita tak dapat sesuatu, allah tak saying kat kita, allah benci kita?

Kalau still pandangan kita macam tu, memang benarlah apa yang allah dah bagitau dalam Quran. Manusia, bila Allah bagi dia rezeki, dia fikir Allah sayangkan dia. Tapi bila Allah tangguhkan rezeki, dia kata Allah telah menghinanya. Begitulah manusia. Akan terus kecewa, sedih, murung, down, dan anggap seolah dunia telah tamat.

Lumrah kehidupan

Kehidupan kita ini tak lari dari dua aspek, human prediction dan rabbani prediction. Cara kerja, matlamat, focus dan kesungguhan kita harus dan mesti kita letak secara human. Maksudnya untuk dapatkan sesuatu hokum alam terpakai. Siapa usaha dia dapat. Man jadda wajada, wa man zara’a hasada. Then, dah settle serahkan sebulatnya dan sepenuhnya hasil dan outcome itu kepada Allah. Hah, kat situlah datangnya kerja rabbani prediction. Allah memiliki semuanya. Allah boleh beri apa sahaja kepada sesiapa sahaja yang dia nak. Boleh jadi, bila kita dah buat all the best that we can, tapi still tak sampai hajat yang kita nakkan. So nak buat apa?....nak menangis, frust, kecewa dan muram?

Atau kita biarkan seketika dan raikan naluri manusiawi itu berlangsung. At least buat seketika. Kalau tak nanti meletup kat tempat yang tak sepatutnya. Itulah mauqif yang Islam letakkan. Nabi bila Ibrahim anaknya mati, dia menangis dan dia nyatakan itu naluri manusia. So biarkan. Oklah. Menangislah buat seketika. Tapi hidup kena terus berjalan dan berjalan.

So lepas tu, lupakan yang silam. Tambah dan raih kekuatan, bukan yang biasa-biasa. Yang sandarannya pada manusia. Ukurannya pada dunia. Tapi sandar dan raih kekuatan dari Allah. Banyak benda yang kita lupa, bila kita down. Then mengapa tak cari Allah dari awal-awal. Yakinlah dengan janji Allah. Kekuatan dating dari sejauhn mana kita nak yakin kepada Allah.


Nak Allah gantikan dengan yang lebih baik?

Read More..

Muharram, kecemerlangan diri dan nasib ummah


Selamat datang 1429 Hijriyyah!. Rasanya masih belum terlambat untuk saya mengucapkan Selamat Tahun Baru 1428H kepada semua memandangkan kita masih berada dalam bulan Muharram, bulan yang mana telah menyaksikan pelbagai peristiwa sepanjang sejarah kehidupan manusia.


Mengungkap kembali sejenak sejarah penyusunan kalender Hijri hasil inisiatif Amirul Mu’minin Saidina Umar bin Al-Khattab r.a, khalifah Islam kedua. Jika kita perhatikan keadaan umat Islam ketika sedang memegang tampuk kekuasaan dunia, sehingga dikatakan meliputi 1/3 dunia. Inisiatif Khalifah Umar itu telah meletakkan tarikh peristiwa penghijrahan Nabi Muhammad s.a.w sebagai batu tanda kehadiran sebuah tamadun yang ketika itu bakal menguasai dunia dan telahpun menguasai hamper keseluruhan dunia ini.


Hakikat


Peristiwa hijrah Nabi bukanlah suatu tindakan yang bersifat okasional hasil oppresi kaum kafir Quraisy, malahan sebenarnya telah meletakkan satu tanda aras tahap pemikiran yang melampaui batas akal manusiawi, dan merupakan suatu tatacara perancangan agenda yang cukup tersusun, gemilang, dan terkehadapan. Ini secara jelas menggambarkan bahawa di sebalik semua itu adanya kuasa ketuhanan, pimpinan rabbaniyyah yang menunjuk jalan dan membawa kemenangan. Benarlah firman Allah s.w.t yang telah dirakamkan oleh al-Quran:


“ Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak (pula) keliru. Dan tidaklah yang diucapkan itu (Al-Quran) menurut keinginannya. Tidak lain (Al-Quran itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (Q An-Najm (53):1-4


Mengambil semangat dan kebijaksaan (hikmah) dari peristiwa besar itu, refleksi yang sangat membekas dan memberi kesan kepada kita sebagai umat Islam dan kehidupan kita di masa ini. Seperti yang dijelaskan sebelum ini bahawa Hijrah bukanlah tindakan okasional hasil opresi Musyrikin Makkah, maka dengan jelas ia dapat menerangkan perancangan dan tindakan Nabi Muhammad selam 13 tahun da’wahnya di Makkah. Diriwayatkan dalam sejarah bahawa sebelum Hijrah ke Madinah (Yathrib), Nabi pernah meninjau beberapa lokasi untuk dijadikan tapak pengembangan dan pembangunan Islam iaitu di Taif dan kemudian di Habsyah, namun ternyata kedua-dua lokasi itu tidak dapat memenuhi cirri-ciri yang diperlukan sebagai tapak kukuh pembinaan Islam.


13 tahun yang begitu bermakna dalam sejarah pengembangan dan penyebaran Islam, di mana dalam tempoh inilah Nabi Muhammad mencetak, membina, dan menghasilkan para pendokong da’wahnhya yang kita dapati setia di belakangnya, yang jelas dan yakin dengan kejayaan yang bakal dikecapi, yang menjadi tonggak kepada kejayaan Islam selepas kewafatan Nabi Muhammad, dan yang syahid di luar dari tanah air mereka sendiri. 13 tahun yang mana dikenali sebagai proses penghasilan modal insan, dan dengan pimpinan Rabbani, terbukti telah memastikan Islam telah sampai kepada kita hari ini…setelah lebih 1418 tahun Nabi tiada.


Refleksi


Sebagai refleksi diri, kejayaan umat Islam dahulu adalah hasil daripada tasawwur (sudut pandang) yang sangat jelas dan kukuh bahawa hanya dengan Islam sesuatu umat itu dimuliakan dan sebaliknya sesuatu umat itu dihinakan dengan sebab meninggalkan Islam. Umar Al-Khattab, ketika menjelaskan keadaan umat Arab dengan jelas menyatakan bahawa ‘ sebelum kedatangan Islam, kami adalah suatu bangsa yang sangat hina, tetapi telah dimuliakan dengan Islam. Barangsiapa yang meninggalkan Islam dia akan dihinakan’. Ustaz Hassan Al-Hudhaibi pernah menyatakan sebagai komentar kepada kepentingan pembinaan diri dan modal insan bahawa: ‘Tegakkanlah Daulah dalam diri kamu, maka nescaya akan tertegaklah Daulah di bumi kamu’.


Semua ini membawa kita untuk merenung nasib dan realiti umat Islam di seluruh dunia, sejak sekian lama, khususnya semenjak kejatuhan Khilafah Islamiyyah pada tahun 1924. Lihat sahaja sahabat kita Palestin yang masih berjuang untuk membebaskan negeri sendiri dan telah terjajah semenjak sekian lama, tanpa bantuan kukuh daripada Umat Islam yang kekayaan sumber bumi dan populasinya tidak dapat ditandingi oleh Negara-negara Kesatuan Erodpah (EU). Begitu juga pengalaman umat Islam di Bosnia, Iraq, Afghanistan, Kosovo, Sudan, Lebanon, dan juga di Negara-negara minoriti umat islam-Filipina, Sepanyol dan Thailand. Ini termasuklah isu kemajuan dan pembangunan, kestabilan politik, pembangunan ekonomi, keselamatan social dan sebagainya yang ternyata sangat mengecewakan.


Semenjak sekian lama juga kita telah menghadiri pelbagai konvensyen , seminar, bengkel kerja, perbincangan dan cadangan yang berjela-jela dalam usaha mengembalikan maruah umat dan kegemilangan lampau. Semuanya cuba menjadikan zaman kegemilangan Islam Abbasiyyah sebagai tanda aras (benchmark) kepada erti dan makna ketamadunan. Namun mengambil sirah rasulullah sebagai panduan, ternyata yang paling utama sekarang ialah kembali kepada pembinaan individu yang mana merupakan modal paling berharga kepada kebangkitan umat Islam di seluruh dunia.


Pembangunan semula ketamadunan Islam tidak akan terlaksana sekiranya umatnya masih mundur, tidak beretika, tiada budaya integriti, tidak berilmu pengetahuan, korup, dan jahil. Yang pasti, di mana kedudukan kita, sebagai mahasiswa dalam usaha mengembalikan kegemilangan Islam zaman lampau sekiranya masih dibelenggu masalah coupling, budaya tidak sihat, hedonisme, budaya permainan computer games, dan banyak lagi yang bukan merupakan budaya inletek. Tingkatkan kecemerlangan diri, penuhilah impian dan harapan keluarga, agama, dan masyarakat.

Read More..

Sebab Dia Manusia

Manusia tetap manusia.
Dengan sebab dia manusialah, dia ingin segalanya.
Dengan sebab dia manusialah, dia menerima amanah yang langit, bumi dan gunung tak sanggup memikulnya.
Sebab dia manusia.


Sebab dia manusialah, kalau diberikan emas sebensar gunung Uhud, dia minta yang kedua dan yang ketiga.
Dia minta lagi dan lagi,
sebab dia manusia.
Dia jadi kedekut.


Sebab dia manusialah, ketika mana dia mendapatkan sesuatu dia mengatakan bahawa itu adalah hasil usaha titik peluh dirinya sendiri.
Sebab dia manusialah, ketika dia diberi rezeki dia kata Allah menyanyangi diri.
Dan ketika dia ditangguhkan kurniaan rezeki, dia kata Arl-Wadud telah menghina abdi.


Sebab dan kerana dia manusia dia meminta pada Allah hidangan dari langit. Dia tidak mahu yang biasa-biasa. Dia mahu yang luar biasa. Dia mahu lain dari manusia yang sama jenis dengannya. Sebab katanya dia manusia pilihan tuhan.


Sebab dia manusia juga, dia minta Al-Manna wa As-Salwa, dan dia terus minta lagi bebawangan, kekacangan, dan sayuran. Dan setelah diberi, dia jadi jemu, dan dia tidak mahu lagi.


Sebab dia manusialah, apa yang ada jarang disyukuri, apa yang tiada selalu diimpi.


Sebab dia manusialah, apabila dia tidak mendapatkan sesuatu yang dia impikan dia kecewa dan berputus asa dari rahmat tuhan. Sebab dia lupa bahawa dia itu hamba dan yang berkuasa itu Al-Mannan.


Sebab dia manusialah dia sanggup bicara omongan bahawa
DIALAH TUHAN!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Ketikamana syaitan gementar untuk mengatakan demikian.
Hanya kerana dia tidak dijangkiti demam dan kesakitan.


Sebab dia manusia, ketika mana, hukuman tuhan diputuskan ke atasnya, dia masih tunduk dan tertipu pada mainan iblis,
Yang sebelum itu, dialah Aabid yang khalis.


Sebab dia manusialah, ketika badannya sudah ditelan bumi, dia mengatakan tiada taubat pada ilahi.
Sebab dia manusia, dia minta tidak sembahyangkan selepas dia mati.


Sebab dia manusia, dia mengolok-olokkan janji-janji tuhan,
Dan sebab dia manusia, dia mencari kekasih selain Ar-Rahman.



Yang takut pada mainan kata,


Muhammad Hadi Mahdi Ghazi Al-Muhtadi billah Shah


Read More..

Kisah Pengamen

“Selamat siang. Kepada pak supir, dan pak ternet, penumpang-penumpang yang dimuliakan. Maafkan saya. Ijinkan saya menghiburkan anda seadanya, sambil anda terus-terusan membuat aktivitas anda…”. Begitulah ungkapan yang sangat popular dan sinonim dengan pengamen. Sesuatu yang unik apabila anda di Indonesia ialah pengamennya. Pengamen ini merujuk kepada penghibur jalanan, yang bukan sahaja terhad kepada bermain muzik, malah bernyanyi, berpuisi, memainkan lagu ketuhanan, akustik, malah menari. Tidak ada peraturan tentang siapa yang boleh dan siapa yang tidak. Sesiapa sahaja layak menjadi pengamen, malah anda tidak perlu menjadi seorang professional untuk menjadi pengamen, ataupun menjadikan pengamen sebagai profesion anda. Boleh sajaha, anda dengan tidak semena-mena berdiri di hadapan orang ramai, lalu menghiburkan mereka seadanya.

Pengamen ini boleh anda temui rata-rata di mana sahaja, khususnya di kota-kota dan bandar besar. Mereka akan berada di tepian jalan, yang mungkin anda boleh dapati di mana-mana sahaja di dunia ini, dan mereka juga akan berada di dalam bis-bis (bas-bas) atau kereta (keretapi), samada bergerak atau ketika bas sedang berhenti, menghiburkan para penumpang.


Yang menarik

Saya kira suatu yang menarik tentang para pengamen ini ialah, mereka mempunyai keyakinan yang tinggi terhadap diri mereka. Mereka boleh sahaja berdiri di hadapan orang ramai, dan tanpa segan silu, dan penuh keyakinan, berucap memperkenalkan diri, dengan sangat lancar, dan jelas, tetapi sangat menghiburkan, seterusnya memainkan hiburan mereka untuk santapan hawa telinga para penumpang. Yang lebih menambahkan keajaiban saya, ialah mereka, malah telah menjadi maklumat umum yang diketahui, seolah-olah mereka ini pemuzik professional, yang setiap persembahan mereka itu harus dibayar.


Dibayar?. Ya. Pulau Jawa khususnya, dengan kepadatan penduduk yang tertinggi di dunia, serta Indonesia amnya sebagai Negara keempat populasi tertinggi, menjadikan ‘sektor’ pengangguran sebagai antara yang tertinggi di sana. Oleh itu, keperluan menjadikan seseorang supaya lebih kreatif, untuk at least mencari sesuap nasi. Maka, sebahagian dari masyarakat itu, hadir ke tengah masyarakat untuk mencari pekerjaan yang halal. Dan mereka tidak pula mahu diklasifikasikan sebagai peminta sedekah (beggar). So, apa yang terbaik ialah menampilkan persembahan yang menjadi sebab untuk mereka mengutip wang ‘sah’ membayar ‘tiket’ persembahan. Dan bayarannya tertakluk kepada pendengar. Jika anda ingin memberinya wang, maka berikan tanpa banyak bicara, dan sekiranya tidak, maka angkat tangan symbol bahawa anda tidak memberi ‘sumbangan’. Pengamen, kebiasaaannya akan berjalan dari hadapan ke belakang koc, membawa bekas kecil, lantas mengutip ‘bayaran’ dari penumpang.

Karekter


Banyak cerita yang menarik tentang pengamen ini. Di samping mereka yang seolah pd (dibaca pede atau maknanya percaya diri), yakin berbicara di hadapan orang ramai, karekter mereka juga pelbagai. Yang pasti mereka ini bergerak secara loose, dan tidak terkait antara satu sama lain. Ada yang membuat persembahan secara berkumpulan, lengkap dengan gitar, dan bongonya, di samping ada solonya. Ada yang secara individu, memainkan lagu-lagu popular di Indonesia. Ada yang membawa anak bersama yang dikendongnya, dan dilagukan lagu-lagu tradisional dan penuh nasihat. Ada yang sekadar membawa semacam tamborin buatan sendiri, dan memainkan lagunya, yang saya sendiri pun tak faham. Ada yang muslim, ada yang hindu, dan ada yang kristian. Ada juga yang membacakan puisi, malah kalau di Jakarta itu, pondan juga ada persembahan mereka, termasuk menari dangdut. Dahsyat tuh!!!!.


Tapi yang saya dapati secara rambang, mereka ini mempunyai kualiti suara yang bahkan lebih baik dan enak daripada recording artist yang popular dari Indonesia mungkin. Saya rasa kalau mereka dapat peluang tu, meletup geng!!! Tapi mungkin package tak lengkap. Maksud saya, mungkin untuk menjadi artis, anda memerlukan bukan sahaja suara, malah rupa dan penampilan. Dan mungkin itu yang belum ada pada pengamen ini.


Kalau pengamen kristian, biasanya akan memainkan lagu ketuhanan, yang secara literal saya kira lebih ‘islamic’ dan kita kadang-kandang terkeliru dengan lagu-lagu nasyid yang biasanya didengar. Biasanya dengan ungkapan-ungkapan seperti ‘tuhan gapaikan tanganmu pada kami’, atau ‘tuhan damaikan dunia ini’, dan bermacam lagi, yang sekali imbas macam lagu yang mirip nasyid atau ketuhanan. Tapi sekali lagi, terpulang kepada anda untuk memberi ‘sumbangan’ atau tidak.



Pekerjaan ini, juga kadangkala menjadi jalan keluar bagi mereka yang tiba-tiba kehabisan wang, dan ingin segera ke destinasi yang dituju. Hah, apa lagi, walaupun itu kali pertama anda, pede saja, bacakan beberapa rangkap puisi, dan itu dia wang elaun anda untuk perjalanan kali ini.


Apa pun, saya masih meneka, apa bezanya dengan kita. Mungkin kita tak perlukan pekerjaan seperti itu di Malaysia, sebab mungkin banyak lagi kerja lain yang boleh dibuat. Mungkin juga di sana, necessity telah push mereka untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif serta peka dengan persekitaran mereka. Kita mungikin tidak sampai ke tahap itu lagi. Apa-apa pun, pesan saya, kalau anda ingin belajar menjadi pembicara yang baik, belajarlah dari para pengamen. Kita patut mengambil x-factor mereka itu…..

Read More..

Catatan perjalanan ke Yogyakarta

Perjalanan ke Yogya atas tujuan akademik amat menarik. Bukan sekadar satu perjalanan untuk belajar, tetapi untuk memerhati dan menilai apa yang kita miliki, serta perbezaan yang pastinya sangat menarik untuk diceritakan.

Penerbangan Airasia antara yang termurah, tetapi mendarat di Solo, lebih kurang satu jam perjalanan menaiki mobil (kereta) ke Kota, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan perjalanan mengambil masa selama 2 jam setengah, kembara ke Kota Yogya seolah tak terasa mengembara ke sebuah negara berbeza budaya. Ketibaan di lapangan terbang Solo, ketika matahari bergelinciran menghilang memberi laluan kepada malam.



Tapi apa yang menarik untuk diperkatakan tentang LCCT, dari mana kami depart, ialah mentaliti yang masih membelenggu masyarakat kita. LCCT, sesuai dengan namanya diberi manifestasi tepat untuk istilah murahnya itu…panas, double standard dan berhimpit-sempit. Yang pasti sangat berbeza dengan KLIA-mungkin dek kerana nama murahnya itu. Well, kadang-kadang itulah hakikat kehidupan, apabila anda ada duit, semua jalan, tapi bila anda hanya boleh memberi wang dengan membuat muka seposen dua, maka itulah yang anda dapat.


Suasana di Solo




Malam yang menarik di Solo, sebab kami bertolak ke Yogya pada waktu malam dan barulah ‘kehidupan’ masyarakat dapat dilihat. Nyaman, tenang dan penuh tradisi-itulah yang setepatnya untuk menggambarkan daerah ini. Sepanjang perjalan dan bahkan di mana-mana kawasan di Indonesia rata-rata akan kelihatan lesehan, suatu bentuk gerai tepi jalan yang menjual masakan-masakan biasa, Cuma yang menarik ianya dinikmati secara bersila di atas lantai, di tepi-tepi jalan. Saya tak pasti rasanya, tapi nampaknya mereka makan dengan penuh selera.




Sekadar catatan sepanjang perjalanan itu, malam bagi masyarakat Solo sangat bererti, seolah siangnya. Masa untuk bersama dengan teman, dan melepas lelah setelah seharian bekerja. Penarik-penarik beca juga masih terus gigih meraih sesuap nasi, di samping peniaga-peniaga yang bergerak secara freelance menjual pelbagai juadah. Deretan kedai-kedai runcit, took-toko buku, pabrik-pabrik (kilang), dan kilang-kilang benzin (stesen minyak) tersusun kemas di sepanjang jalan besar menuju ke Yogya.




Budaya




Pertemuan dengan warga penduduk Yogya yang rata-rata berbangsa Jawa sungguh menyejukkan hati. Peramah, lemah lembut, berbudi bahasa, dan menghormati tetamu-itulah yang seringkasnya dapat digambarkan terhadap penduduk kota yang terkenal dengan pegangan tradisi mereka. Bahkan masih ramai yang kejewon, atau kuat berpegang dengan adat istiadat masyarakat Jawa. Malah, diceritakan juga, sebahagaian dari mereka sangat-sangat ditekankan dengan amalan dan tradisi Jawa, berbanding dengan agama, dan diajarkan sejak dari awal persekolahan lagi.




Membicarakan isu bahasa juga saya kira sanagat menarik. Bahasa Indonesia dan Melayu dikira sangat dekat. Malah bahasa rasmi di Indonesia adalah bahasa Indonesia sendiri. Manakala bahasa sehari-harian berbeza mengikut situasi. Bagi kalangan masyarakat Jawa, berbicara dan bertutur dalam bahasa Jawa menjadi pilihan. Manakala berkomunikasi dengan bangsa-bangsa lain, seperti Sunda, Minang, dan lain-lain memerlukan mereka untuk menggunakan bahasa Indonesia. Kalau tak pasti ada masalah besar. Kebanyakkan rakyat Indonesia memang boleh bertutua bahasa Indonesia, Cuma mungkin sebahagian kecil masyarakat warag emas yang kurang mahir.




Berkelanjutan dari soal bahasa tadi, sesuatu yang menarik untuk diperhatikan ialah kebanggaan masyarakt di sini untuk berbahasa Indonesia, malah telah menjadi polisi (kebijakan) pemerintah (kerajaan) untuk menggalakkan dan memastikan masyarakat Indonesia berkomunikasi dalam bahasa mereka. Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa penyatu antara pelbagai etnik (atau bangsa..ada beza antaranya) bahkan itulah bahasa yang digunakan di mana-mana kantor (pejabat) dan perguruan tinggi (IPT) malah industri terjemahan Indonesia sangat memberangsangkan. Oleh itu, sesekali ketika mana ada yang mampu bertutur dalam bahasa Inggeris dengan baik, ia merupakan sesuatu yang sangat dikagumi dan dibanggakan. Anda akan lebih dihormati.





Feast di Yogya




Makan-makan di Yogya atau mungkin di kebanyakkan kawasan di Indonesia sama sahaja. Mungkin here and there ada perbezaan bentuk dan jenis masakan, yang pasti tempe merupakan suatu kemestian. Di Yogya, gudeg satu kemestian pada waktu pagi. Sejenis masakan semacam nasi lemak, lebih kurang. Pilihan lain antaranya kupat tauhu, dan bakso. Tengahari pula pelbagai masakan boleh di dapati di kebanyakkan rumah makan (restoran) di sekitar kota. Ada yang menjual nasi dan lauk–pauk, ada yang menjual mee, bakso, dan pelbagai lagi. Biasanya masyarakat di sini tak makan nasi macam orang Malaysia-banjir. Mereka sangat sikit kuah, jadi makan nasi tu banyak kawasan yang masih putih.




Ada juga manisan semacam cendol versi Indonesia, yang saya lupa istilahnya. Makan petang, biasanya dengan hidangan kuih-muih, dan uniknya, di Indonesia, bukan sahaja untuk makan petang, malah di semua sesi, makanana akan dibungkus di dalam kotak empat segi, instead of polisterin seperti di Malaysia. Dan kalau kita bubuh kuah lebih, kotak akan bocor dan koyak. Kuih-muih biasanya disediakan dalm tiga jenis-puding style, kuih-muih manis, dan satu cucur yang di goreng, dan di samping tu, disediakan sekali satu cili padi. Mula-mula tu, tertanya juga, apa fungsi cili padi tu. Rupa-rupanya, cili tu dimakan bersama dengan cucur. Caranya disumbatkan ke dalam cucur, dan dimakan secara sekata. Rasanya….wow!!!!!!!!!








Keunikan



Belajar communication skill dan public relations (PR) di Indonesia adalah suatu yang baik. Sebabnya, akan akan dapati mereka adalah orator (pembicara) yang baik, gaya bahasa dan intonasi yang sangat mempesonakan. Kita bukan bercakap soal pemimpin agung mereka seperti Soekarno yang terkenal dengan ungkapan “bawakan saya seribu pemuda…”, tapi pengamen-pengamen (pemuzik) kecil jalanan, yang mempersembahkan hiburan mereka dan para penjual barangan. Keyakinan mereka dalam present barang-barang, gaya bahasa dan intonasi…yang saya kira kita boleh terpesona dan terus membelinya, walaupun sebenarnya tidaklah terlalu baik seperti yang disangka. Tapi credit kepada mereka atas budaya ini. Dan kita seharusnya boleh banyak belajar dari mereka tentang pengalaman ini…yang tidak diajarkan secara teori di Sekolah Dasar (sekolah rendah) , tetapi di sekolah kehidupan pengalaman itu dikutip. Dan saya secara peribadi lebih menghargai orang-orang yang kaya pengalaman sebegini sebab mereka tenang dan cekal dalam hidup, dan kalau mereka berhadapan dengan situasi-situasi yang pelbagai d masa mendatang, pasti reaksi mereka berbeza dari mereka yang hanya mendapatkan teorinya sahaja.



Kota Daerah Istimewa Yogyakarta, menyimpan seribu satu rahsia di sebalik warna-warni kehidupan penduduknya. Diberi istilah Daerah Istimewa sebab ia menikmati autonomi istimewa berbanding wilayah-wilayah lain di Republik itu. Sebabnya Gubenur (Gabenor) DI ini, masih secara turun temurun ‘diwariskan’ kepada generasi Sultan, walaupun du atas kertas dia dupilih secara demokrasi. Ini semua menunjukkan semangat kejewan masyarakat Yogya khususnya, kerana mempercayai kuasa keramat yang dipegang oleh Sultan. Sekarang ini, Sultan Hamengku Buwono X adalah pewarisnya. Satu perkara yang sangat menarik, apabila saya sempat beromongan (berbicara) dengan penarik beca di Malioboro, suatu kawasan membeli belah di daerah ini, katanya apabila di Tanya tentang sultan mereka itu: “ Owh, Sultan itu enggak diketahui di public, sebabnya dia itu suka naik sepede dan bercampur dengan orang banyak semacam teman-teman biasa. Nah, hampir-hampir ia tidak dikenali semacam orang besar itu”. Apa yang terus tergambar di benak fikiran saya ketika itu, ialah semangat dan ruh kebaikan Umar-l-Khattab dalam menyantuni (melayani) rakyatnya. Saya lanata terfikir, alangkah indahnya kalau di semua tempat sebegitu…Satu kisah yang sinonim dengan Sultan, ialah hubungan baik kraton (istana) dengan para ulama. Sultan Hamengku Buwono IX, adalah merupakan orang yang bertanggungjawab meminta KH (Kiyai Hadji) Ahmad Dahlan, pendiri (pengasas) sarikat (gerakan) Muhammadiyyah untuk mendalami pengajian agama di Mekah, sekitar awal abad ke-20.



Seperkara lagi, bila berbicara tentang penduduk di kepulauan terpadat di dunia ini, ialah kepercayaan kuat pada nilai dan tradisi mereka. Oleh itu, anda jangan terkeluri apabila ada orang tua, yang berpakaian sarong batik dan baju kebaya, berjalan beriringan dengan wanita-wanita muda lainnya, menuju ke gereja untuk sambutan Hari Natal (Christmas). Maksudnya, di sebalik kepercayaan agama mereka yang bersifat peribadi, tradisi dan budaya masyarakat Jawa khususnya masih dipegang teguh oleh mereka. Take note that, masyarakat Kristian membentuk 10% jumlah penduduk Indonesia. Dan 10% itu bersamaa dengan 23 juta orang (penduduk Indonesia berjumlah 230 juta orang) bersamaan dengan jumlah penduduk Malaysia!!!. Jadi di sana anda boleh bertemu dengan orang yang beragama Hindu atau Kristian yang memakai songkok dan sarong, atau berkebaya dan berkain batik. Mereka juga kadangkala mengucapkan salam atau bagi sesetengah pengamen (pemuzik jalanan) memainkan lagu berunsur ketuhanan (biasanya anda akan mendapati adanya lirik ‘tuhan damaikan dunia’, atau ‘tuhan gapaikan tanganmu’).



Dua kelompok



Pemergian saya ke sana, beberapa hari selepas sambutan Eid-l-Adha. Yang menarik di Indonesia, kalau berbicara soal raya ini adalah keunikan sambutan raya dua kali…dek kerana mengikut pendapat Muhammadiyyah atau Nahdatul Ulama. Umum mengetahui bahawa masyarakat Islam di Indonesia samada bergabung atau mengikut pendapat atau method tafsiran ulama-ulama, samada Nahdatul Ulama, gabungan terbesar, yang lebih cenderung kepada pandangan khalafi di dalam banyak persoalan, manakala, yang satu lagi Muhamadiyyah lebih ke arah salafi. To a certain extend, sesekali nampak ada baiknya bila ada berbagai approach di dalam menanggapi persoalan-persoalan ummah, dan tentunya ianya membawa kebaikan kepada ramai. Tapi, sekali lagi apabila sentiment dan emosi menguasai fikiran dan tindak tanduk, ada di sana yang dingin hubungan dan bercanggah pendapat secara kurang baik dan perkara-perkara yang tidak membawa kemajuan kepada ummah, keseluruhannya. Kedua-dua kelompok mempunyai pengikut yang ramai, malah dari aspek ekonomi juga tidak kurang hebatnya, namun, disebabkan perbezaan pendapat ini, perekonomian dan media negara di kuasai oleh orang Kristian di sana. Bak kata seorang sarjana, semuanya ini bukan disebabkan perbezaan pendapat di antara kedua kelompok, tetapi kurangny dialog perhubungan antara kedua-duanya. Sesaat saya terfikir, kat Malaysia mungkinkah begitu?



Kepulangan ke tanah air, bukanlah suatu yang tergesa-gesa ketika itu. Tapi sesuatu yang sangat berharga di bawa pulang sebagai oleh-oleh ialah pengalaman melihat dan memperhatikan budaya dan kehidupan di sana. Lantas terfikir sejenak. Banyak benda yang ada kat Negara aku tapi tak da kat sana. Tapi mengapa kita kurang mensyukurinya?





Read More..

Bukan hanya kerana bahasa

“Memang gue pikirin?”

”Memang gue pikirin!!!”.


Apa yang anda dapat fahami daripada dua ayat ini. Sama bukan?. Sebenarnya tidak sama. Perhatikan tanda dibelakang kedua-dua ayat tersebut. Bukan sekadar tanda yang berbeza, malah konotasi dan nuansa yang malah sangat tidak sama. Yang pertama membawa persoalan dan bertanya pada diri sendiri. Yang kedua menyatakan dengan pasti standnya. Begitulah uniknya bahasa.


Sekali lagi sekadar menyentuh beberapa aspek yang sempat saya perhatikan, sementalahan berkunjung ke DI Yogya tempoh hari. Negara yang cukup luas, dan berpenduduk ramai ini, sangat menarik kalau dijadikan ujian kaji dalam menanggapi isu bahasa dan soal kesatuan bangsa. Sebabnya, dengan penduduk berjumlah 230 juta orang, dengan pelbagai suku dan etnik, dari Jawa, Sunda, Acheh, Batak, Ambon, Padang, dan lain-lain, komunikasi antara mereka menjadi suatu yang sangat unik. Bahkan telah menjadi gurauan di kalangan masyarakat Indonesia, bahawa kalau orang Sunda dan Jawa yang berbicara sesama mereka pasti terjadinya perselisihan. Manakan tidak perkataan yang sama membawa maksud yang sangat berbeza.


Di Malaysia, dikatakan Kajang mendapat namanya dari insiden yang berlaku selepas pembunuhan seorang yang berselisih dek kerana penggunaan istilah berkajang. Maksud kajang yang pertama ialah berteduh, manakala yang kedua ialah berlawan. Itulah alkisah yang berlaku (dikatakan juga mereka itu adalah suku dari Indonesia yang dating ke tanah melayu ketika itu, tapi masa tu belum Indonesia lagi).


Sekadar catatan kembara, sesekali tu tersalah istilah juga menjadi bahan ketawa. Sekiranya anda berbicara tentang polisi negara, ramai yang akan pening. Sebabnya mengapa pula dalam pembicaraan tentang negara ada isu polisi. Hah. Polisi di Indonesia membawa maksud polis, manakala polisi, di sana dighunakan istilah kebijakan. Kalau istilah perkongsian, di Indonesia difahami maknanya dengan perkumpulan, walaupun yang sebenarnya yang cuba disampaikan ialah sharing. “Owh kalau begitu, sharing disebut berbagi….” Kata seorang teman. Serta merta saya teringat suatu sinetron di astro, berbagi suami.


Rata-rata masyarakat di Indonesia masih kuat berpegang pada adat dan tradisi kebudayaan mereka. Kadang-kadang dengan kuatnya semangat kejewon, masyarakat Jawa di Indonesia masih berkomunikasi dengan bahasa Jawa, yang saya tidak fahami melainkan sepatah dua. Itu belum lagi suku-suku lain di Indonesia


Mungkin itulah sebabnya, sekitar zaman-zaman awal, perkahwinan silang budaya tidak di galakkan mungkin kerana perbezaan bahasa dan budaya. Dan kerana kekhuatiran itulah mereka takut, terjadinya pelbagai masalah, akibat tidak faham budaya masing-masing. Saya masih teringat membaca karya Pak HAMKA, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, yang address isu ini, khususnya dalam masyarakat Minang.


Keajaiban Bahasa


Bahasa bukan sekadar bahasa. Bagi saya ia adalah manifestasi kefahaman, dan berpegang kuatnya pada budaya, dan intipati bangsa. Bahasa melambangkan adapt dan ketinggian kebudayaan dan ketamadunan sesuatu bangsa. Kalau semakin kompleks, dan penuh tatasusila penggunaan sesuatu bahasa, maka semakin tinggilah nilai dan ketamadunan bangsa itu.


Bahasa Jawa, contohnya, bukan sahaja mempunyai satu bahasa, malah sehingga lima lapis bahasa, yang tidak semua mengetahuinya. Bahasa lapis pertama adalah bahasa kraton, yang sehingga beberapa dekad yang lalu digunakan di istana sahaja, atau dalam upacara-upacara besar, seperti pertunangan dan perkahwinan. Tidak semua masyrakat jawa yang tahu dan mahir bahasa ini. Di samping perkataannya, laras bahasa, kesesuaian istilah serta lenggok sebutan dan suara memang mempunyai nilai yang sangat tinggi. Hanya mereka yang belajar sahaja yang mahir. Di lapis kedua disebut ponogoro, atau bahasa halus (begitulah yang sempat saya tangkap bunyinya). Rata-rata masyarakat mengetahuinya, dan penggunaan istilah sebegini menunjukkan penghormatan terhadap orang yang dilayannya. Bukan sekadar penggunaan istilahnya, malah cara pronounciationnya juga menarik dan unik, terutama pada sebutan huruf-huruf seperti ‘d’, ‘t’, yang disebut bersama dengan ‘hembusan’. Macamana nak gambarkan ye?....kene pergi tengok sendirilah kot.


Selain itu, bahasa di lapis seterusnya juga menunjukkan dan represent sikap anda terhadap seseorang. Di lapis ini, istilah mangan adalah contoh mudah. Kalau di lapis kedua tadi, istilah ma’am lebih tepat, ataupun dahar (kesemuanya refer pada istilah makan), lebih tinggi dan digunakan pada situasi tertentu sahaja. Dahar contohnya, hanya digunakan ketika mempersilakan orang lain (tidak untuk refer pada diri sendiri yang makan), dan hanya untuk makan yang pertama, dan tidak untuk tambah (nasi contohnya). Kalau di lapis yang lain, dan kebawah, kita akan dapati, penggunaannya sesuai menggambarkan perasaan anda ketika itu. Contohnya kalau anda merujuk kepada istilah mati, yang pertama mungkin wafat, meninggal, mati, kojol, dan sebagainya. Hah, di lapis bawah, kojol digunakan. Ia menunjukkan sikap anda dan prasaan anda terhadap insiden itu. Wow. Begitu detail sekali bahasa. Indahnya.


Beza masyarakat kita


Memang setelah saya memikirkan sikap dan approach kita terhadap bahasa, aia bukan sekadar satu sikap terhadap bahasa, melainkan ia adalah manifestasi keseluruhan cara fikir kita terhadap budaya kita, dan terhadap penerimaan budaya lain.saya tidak kata kita harus berpegang kepada satu budaya, tanpa melihat kebaikan yang ada pada budaya lain. Tidak. Cuma saya ingin menampilkan bagaimana kaitan sikap terhadap bahasa, bukan sahaja memberi kesan, malah sebenarnya adalah hasil dari minset dan mentality kita terhadap persekitaran kita.


Secara umum, masyarakat di Malaysia, mempunyai dua sikap, yang harus dibanggakan. Pertama, kita mempunyai kreativiti yang tinggi. Masyarakat kita, memang sejak dahulu lagi terbukti mempunyai tahap kreativiti yang tinggi, sehingga melahirkan pelbagai hasil yang at least boleh setanding dengan produk atau penghasilan masyarakat yang lebih maju. Lihat sahaja contoh mudah t-shirt yang menampilkan pelbagai design yang menarik dan unik. Ini belum termasuk film, website, dan khususnya design, yang boleh tahan mantanpalah. Berbanding dengan masyarakat di Indonesia, yang umumnya, secara rambang dan rawak, masih sedikit di belakang, daripada apa yang saya dapat perhatikan.


Kedua kita mempunyai tahap adaptability yang tinggi terhadap pelbagai benda baru. Mungkin juga itulah sebabnya kita mempunyai tahap kreativiti yang lebih tinggi. Contohnya bahasa. Bahasa Melayu (well, sekarang dah jadi Malaysia. Hah dalam tulisan ni pun ada campurization)memang secara sejarahnya mempunyai istilah yang telah berasimilasi dengan pelbagai istilah lain dari bahasa-bahasa lain dari seluruh dunia. Bahasa Arab, Inggeris, Sanskrit, Belanda, Portugis, dan lain-lain lagi. Malah, sehingga sekarang pun, kalau belajar bahasa, masyarakat di Malaysia, khususnya Melayu, mempunyai kemahiran berbahasa dan adaptability yang tinggi serta mampu menguasai bahasa serta loghat dengan lebih cepat dan tepat. Secara harian, kalau kita perhatikan, kalau seorang Malayu berbicara dengan seorang India lain, pasti melayu itu yang akan bertutur bahasa melayu dalam loghat India, dan bukan India itu yang bertutur bahasa melayu fasih.


Secara perbandingan, itu pasti tidak berlaku di Indonesia. Ye, mungkin disebabkan polisi (kebijakan) kerajaan (pemerintah), yang menetapkan penggunaan bahasa Indonesia sepenuhnya, sehingga Cina-cina di Indonesia pun berbicara ‘lebih Indonesia dari Indonesia’, tak dapat dibezakan dari masyarakat lainnya.


Manakala, positive value yang ada pada masyarakat Indonesia itu, antara lain ialah pegangan pada nilai dan norma-norma tradisi masyarakat suku-suku mereka dan bangsa Indonesia amnya. Mereka sehingga saat ini, masih tegar berpegang dan mengamalkan budaya adat resam, bahasa, dan pemikiran suku masyarakat mereka. Mungkin serba serbi, here and there, budaya dan adat, yang kurang syar’ie, tidak lagi diamalkan, walaupun masih terdapat segelintir yang meneruskannya. Melalui sikap ini, kita dapati mereka agar sukar menerima fahaman, atau budaya luar, yang tidak selari dengan kebudayaan mereka.


Besides that, satu perkara yang sangat terjelma dalam kehidupan seharian, malah kemerkdekaan yang mereka capai dulu, ialah semagat dan azam yang kuat. Masyarakat Indonesia memang terkenal dengan semangat juang yang tinggi. Sebab itu, walaupun mereka tidaklah sekreatif orang Malaysia, tapi once mereka dapat kefahaman atau apa-apa lah, mereka akan all out memperjuangkannya.


So. Semangat bahasa yang saya sebut di awal tadi, bukan hanya tentang bahasa per se, tapi ia sekali lagi sangat berkait rapat berkenaan cara pandang kita terhadap pelbagai perkara dalam kehidupan kita.

Read More..

Tuesday 8 January 2008

Warna-warna kehidupan 5: Kehidupan di Yogyakarta






Read More..

Kembara Ilmu 2007: Kota Ilmu dan Budaya-Yogyakarta

Di hadapan Universitas Sarjanwiyata Tamansiswa, Yogyakarta.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Bersama seorang rakan Indonesia di hadapan Universitas Muhammadiyyah Yogyakarta.
Unversitas Sebelas maret, Solo.

Read More..

Warna-warna kehidupan 4: Warga Ygyakarta






Read More..

Ucapan Selamat Tahun Baru 2008

Selamat menyambut tahun baru 2008. Semoga bertambah maju jaya, bersemangat, dan berwawasan. Moga2 perubahan menjadi asas utama tahun ini. Kejayaan untuk semua.

Read More..